Warga Sitaro & Bolmut Jangan Primordial.



Aksi penolakan penjabat Bupati di Sitaro dan Bolmut oleh warga kian ramai. Terkait aksi itu, Gubernur SHS minta agar warga tidak primordialisme



SUARA MANADO, Kabupaten Sitaro dan Bolmong Utara (Bolmut) boleh dibilang keterlaluan. Pasalnya, jelang hari-hari penentuan, warga kedua wilayah itu gencar menolak figur Bupati yang akan menjadi penjabat daerah masing. 



Terbilang cukup deras aksi penolakan warga Totabuan terhadap putra Sangihe, Drs HR Makagansa akrab dipanggil Ompa untuk jadi penjabat Bupati di wilayah itu. Pasalnya, Ompa yang dipercaya jadi penjabat Bupati di Bolmut mengalami tekanan psikis cukup berat. Hal sama terjadi di dalam diri Drs Idrus Mokodompit yang nota bene putra Totabuan. Mokodompit diancam untuk tidak boleh menginjakan kakinya di Sitaro.


“Torang kwa cuma ba balas pa dorang no!, Bagimana torang pe orang dong nimau trima di Bolmut,” ungkap Matheos Liude (39), warga Sitaro yang mengaku terpancing lantaran putra Sangihe (Ompa) ditolak warga Totabuan di Bolmut.

Katanya, dia dan kawan-kawan hanya mo lampiaskan rasa sakit hatinya.



“Coba kwa kalo dorang trim pa torang pe orang. Tantu dorang pe orang torang mo trima di Siau,” aku Matheos kepada wartawan media ini.


Seperti diberitakan beberapa media lokal, warga Bolmut yang duluan gelar aksi penolakan terhadap Ompah. Mereka menginginkan yang menjadi penjabat Bupati, haruslah putra daerah.



Sebelumnya gubernur SHS saat melantik 15 pejabat eselon II, terlanjur mengumumkan nama-nama 4 pejabat di daerah pemekaran di Sulut.

Mereka masing-masing Drs HR Makagansa untuk Bolmut, Drs Idrus Mokodompit di Sitaro, Drs Alberth Pontoh penjabat Mitra dan Ir Rahmat Mokodongan di Kota kotamobagu.



Mengenai kemelut yang terjadi di dua Kabupaten itu, Kamis (10/05), SHS menjelaskan secara detail kepada sejumlah wartawan, seusai Kuliah Umum Gubernur Lemhanas di Kampus Unsrat Manado.



“Penempatan penjabat kepala daerah tak ada kaitannya dengan isyu harus putra daerah atau bukan. Sebab ini tugas sebagai PNS. Kita di Sulut kan tidak ada masalah antar etnis maupun agama. Naah, hal itu lantaran torang samua basudara,” katanya.


“Jadi kita harus arif dan jangan primordial seperti itu,” tegas SHS.



Laporan: Vanny Loupatty

Sumber: http://www.suaramanado.com/cetak.php?id=242

0 comments: